Ikatan hati antara ustadz/zah dan santri/wati, memang bukanlah sebuah ikatan yang erat seperti ikatan sedarah, seperti ayah /ibu dan anak kandung. Akan tetapi ikatan antara ustad/zah dan santri/wati adalah ikatan istimewa, dikarenakan walaupun tidak sedarah/sekandung, namun kasih sayang dan perhatian seorang guru/ustad yang diberikan kepada santri-santrinya tidak dapat disepelekan atau dipandang sebelah mata, karena kasih sayang tersebut mengandung banyak makna yang tak kalah pentingnya bagi perkembangan kepribadian, karakter, intelektualitas dan keshalihan santri/wati.
Perhatian itu mencakup transfer ilmu, adab, gagasan dan ide, perilaku, penggemblengan karakter, mental dan lain sebagainya, yang pada akhirnya Insya Allah mencetak generasi yang siap menghadapi kehidupan dengan Ilmu dan adab serta karakter yang kuat, tidak manja dan tidak mudah menyerah.
Terlebih lagi ikatan di Pesantren yang terasa lebih mendalam, karena keseharian santri/wati tersebut diperhatikan langsung selama 24 jam oleh para ustad/zahnya. Kehidupan di asrama pesantren yang serba disiplin, terikat dan penuh peraturan. Tak sedikit dari santri/wati mengeluh atas peraturan-peraturan tersebut. Namun kebersamaan, senang dan susah yang dihadapi bersama dalam bimbingan ustad/zah, adalah sebuah kenangan tersendiri yang terukir dengan indah di benak para santri/wati.
Kemudian, tak sedikit dari santri/wati yang mengengang dengan baik sosok “pengganti” orang tua mereka yaitu ustad/zah di pesantren. Hubungan itu sangat kuat, sehingga para santri/wati tersebut masih menghormati, menyayangi ustad/zahnya walaupun mereka sudah menjadi Alumni di pesantren tersebut. Pertemuan dengan sosok ustad/zah diluar pesantren setelah mereka tamat, adalah sebuah pertemuan yang penuh makna, yang merupakan momen bahagia bisa bertemu dengan sosok “pengganti” orang tua mereka selama ini.
berikut adalah foto pertemuan Mudir / Pimpinan Pesantren Umar Bin Khattab Riau dengan Alumni yang Kuliah di Jakarta (LIPIA).
Leave a Reply